Tips Memilih Paket Umroh yang Ramah Lansia
Apa kabar Ikhwan dan Akhwat, para anak yang berbakti?
Coba sesekali, saat pulang kerja dan sampai di rumah, perhatikan wajah Emak dan Bapak saat mereka sedang tertidur atau sedang menonton TV. Perhatikan kerutan yang makin dalam di dahi mereka, uban yang makin mendominasi rambut mereka, dan langkah kaki yang mungkin tak setegap dulu lagi.
Di balik diamnya mereka, sering kali tersimpan sebuah doa yang dipanjatkan lirih di setiap sujud terakhir: "Ya Allah, izinkan hamba menginjakkan kaki di Tanah Haram sebelum hamba menutup mata."
Mungkin mereka tidak pernah mengatakannya secara langsung kepada Ikhwan dan Akhwat. Mereka tahu, biaya hidup di Depok makin mahal. Mereka tahu, cucu-cucu mereka butuh biaya sekolah. Orang tua kita adalah juara dunia dalam hal memendam keinginan agar tidak menyusahkan anaknya.
Tapi sebagai anak, hati kita pasti bergetar. Kita sadar, ini adalah balapan dengan waktu. Mumpung mereka masih ada, mumpung lutut mereka masih sanggup dibawa berjalan, ingin rasanya memberikan hadiah terbaik yang tak ternilai harganya: Tiket ke Baitullah.
Namun, memberangkatkan lansia (lanjut usia) bukan perkara sederhana. Fisik mereka berbeda dengan kita yang masih muda. Salah memilih travel atau paket bisa berakibat fatal; niatnya ingin membahagiakan, malah membuat mereka sakit atau terlantar.
Agar niat mulia Ikhwan dan Akhwat berbuah manis, berikut adalah panduan tulus memilih paket umroh yang "Ramah Lansia".
1. Jarak Hotel adalah Kunci Utama
Bagi kita yang muda, jalan kaki 1 kilometer dari hotel ke Masjidil Haram mungkin dianggap olahraga. Tapi bagi Bapak yang punya riwayat asam urat atau Emak yang lututnya sering nyeri, jarak itu adalah siksaan.
Jangan tergiur harga murah tapi hotelnya jauh dan di tanjakan. Kasihan orang tua kita.
- Saran: Usahakan ambil paket yang hotelnya sedekat mungkin dengan pelataran masjid.
- Alternatif: Jika budget terbatas dan hotelnya agak jauh, pastikan travel tersebut, seperti AsarTour, menyediakan fasilitas Shuttle Bus 24 jam yang berhenti tepat di depan hotel. Tanyakan detail ini: "Busnya harus nunggu penuh dulu atau terus berputar?" Ini detail kecil yang menyelamatkan kaki orang tua kita.
2. Menu Makanan: Lidah Tak Bisa Bohong
Orang tua kita, apalagi yang "lidah kampung", biasanya sulit menerima rasa baru. Makanan Arab yang kaya rempah tajam atau makanan hotel yang hambar sering kali tidak masuk di lidah mereka. Akibatnya? Mereka jadi malas makan, dan fisik pun drop.
Pastikan travel yang Ikhwan dan Akhwat pilih menyediakan menu Cita Rasa Nusantara. Sayur asem, ikan balado, tempe orek, atau soto ayam adalah "bensin" terbaik bagi lansia Indonesia di tanah rantau. Di AsarTour, kami sangat memperhatikan menu katering agar jamaah lansia tetap berselera makan dan bertenaga.
3. Pembimbing yang Sabar, Bukan yang "Sprinter"
Ini poin paling krusial. Ibadah umroh itu ada rukunnya, ada putarannya. Sering kali mutawif (pembimbing) yang masih muda jalannya sangat cepat saat tawaf dan sa'i. Lansia yang tertinggal di belakang bisa panik, bingung, dan akhirnya terpisah dari rombongan.
Carilah travel yang memiliki reputasi pembimbing yang sabar dan mengayomi. Tanyakan pada pihak travel: "Apakah ada pendamping khusus untuk lansia? Atau apakah mutawifnya bersedia menunggu yang jalannya paling lambat?"
Pembimbing yang baik itu seperti anak sendiri. Dia akan menggandeng tangan si Bapak saat menuruni tangga, atau sabar menunggu si Emak yang bolak-balik minta ke toilet karena faktor usia. Kenyamanan hati orang tua adalah prioritas di atas segalanya.
4. Jangan Pelit Soal Fasilitas Kursi Roda
Banyak orang tua yang gengsi. "Ah, Emak masih kuat kok jalan." Padahal kita tahu fisiknya tidak sekuat semangatnya. Sa'i (berlari kecil 7 kali bolak-balik Safa-Marwah) itu total jaraknya hampir 3 kilometer. Itu sangat melelahkan.
Jangan ragu untuk menyewakan jasa pendorong kursi roda resmi atau membawa kursi roda sendiri dari Indonesia. Sampaikan kondisi kesehatan orang tua secara jujur kepada pihak travel saat mendaftar. Di AsarTour, jika kami tahu ada jamaah lansia, tim kami akan memberikan perhatian ekstra dan memberi saran strategi ibadah agar rukun tercapai tanpa harus tumbang karena kelelahan.
5. Komunikasi Tanpa Putus
Bagi Ikhwan dan Akhwat yang tidak ikut mendampingi (hanya memberangkatkan orang tua), rasa was-was di rumah pasti ada. "Bapak sudah makan belum ya? Emak nyasar nggak ya?"
Pilihlah travel yang komunikatif. Travel yang rajin mengirimkan foto atau video kegiatan jamaah di grup WhatsApp keluarga. Melihat senyum Emak di depan Ka'bah melalui layar HP adalah kebahagiaan yang bisa bikin kita menangis haru di kantor.
Penutup: Mumpung Pintu Surga Masih Terbuka
Saudaraku, Warga Depok yang sholeh dan sholehah,
Uang bisa dicari. Karir bisa dikejar. Tapi kesempatan melihat senyum bahagia orang tua di depan Ka'bah tidak datang dua kali. Jangan menunggu sampai tabungan benar-benar "berlebih", karena umur mereka tidak menunggu kita siap.
Jika ada sedikit rezeki, prioritaskanlah mereka. Insya Allah, rezeki yang Ikhwan dan Akhwat keluarkan untuk memuliakan orang tua akan diganti oleh Allah dengan keberkahan yang berlipat-lipat ganda.
Di AsarTour.com, kami menganggap jamaah lansia adalah orang tua kami sendiri. Kami paham, Ikhwan dan Akhwat menitipkan "permata hati" paling berharga kepada kami. Amanah itu berat, namun insya Allah akan kami jaga dengan pelayanan setulus hati.
Mari Diskusikan Kondisi Orang Tua
Punya kekhawatiran khusus? Misalnya Bapak harus cuci darah, atau Emak butuh pendamping wanita? Jangan dipendam sendiri.
Ayo ngobrol dengan tim kami. Ceritakan kondisi kesehatan orang tua Ikhwan dan Akhwat apa adanya. Silakan cek paket-paket yang nyaman untuk lansia di AsarTour.com atau mampir ke kantor travel umroh kami. Kita siapkan skenario perjalanan terbaik agar Emak dan Bapak bisa beribadah dengan khusyuk, aman, dan pulang membawa predikat mabrur.